Hotel kapsul selalu
menjadi pilihan saya kala melalukan perjalanan solo. Bagi saya, berpergian
bukan sekadar mengunjungi tempat wisata, tempat menginap juga menjadi salah
satu aspek penting yang saya kepoin sebelum eksekusi. Bisa tertidur
lelap dalam sebuah perjalanan itu menurut saya sebuah kemewahan karena tidak
setiap kamar bisa membuat kita tidur nyenyak.
Jauh sebelum berangkat, saya sudah mereservasi sebuah kapsul yang berlokasi di Telok Ayer di area CBD. Tentu saja harus yang free cancellation untuk berjaga- jaga seandainya saya batal ke Singapura. Puji Tuhan saya tetap jadi berangkat dan akhirnya bisa mencoba untuk menginap di kapsul yang terletak di lantai tiga sebuah bangunan tua di area yang dipenuhi gedung pencakar langit ini.
RECEPTION
& Check in
Saya menginformasikan kepada pihak pengelola hostel melalui fitur chat yang terdapat di aplikasi bahwa saya akan tiba sekitar pukul tujuh pagi di hostel. reception baru buka pukul sembilan pagi, begitu balasan yang saya terima. Jam operasional mereka dimulai dari pukul sembilan pagi hingga pukul sembilan malam. Jadilah saya mengisi perut terlebih dahulu di food centre yang berlokasi di dekat – sangat dekat malah – dengan hostel.
Jam sembilan saya
berjalan ke hostel. Receptionist sudah hadir. Karena belum bisa check in, saya menitip
ransel dulu. Check in dimulai pukul tiga sore. Namun kata staf reception
yang bertugas saat itu, kapsul saya akan siap pukul 12. “Kamu bisa kembali
setelah jam makan siang,” katanya saat saya memberi tahu bahwa saya akan
keluar dulu.
Tidak diperlukan
deposit untuk check in. Juga
tidak ada tambahan biaya dan pajak. Semua sudah termasuk saat saya melakukan
pembayaran.
SINGLE POD IN FEMALE CAPSULE
Meskipun hostel ini hanya terdiri dari satu lantai,
namun variasinya lumayan. Ada kapsul khusus wanita, bahkan ada kapsul
dengan ukuran double. Saya melihat kapsul model itu dipenuhi keluarga
yang membawa serta anak mereka dalam perjalanan.
![]() |
single pod female |
Saya sendiri memilih kapsul wanita. Kamar saya
terdiri dari enam kapsul. Di awal pemesanan saya request agar kapsul
saya diberikan kapsul bawah, namun tidak dipenuhi. Baiklah, sesekali
saya akan memanjat. Memanjat bukan keahlian saya, ditambah saya pelupa akut,
sering kali saya harus bolak balik memanjat untuk mengambil barang yang
tertinggal. Ha ha.
Kapsul saya tidak berpintu. Tutupnya pakai tirai,
dan lumayan tebal. Begitu tirai ditutup, angin dari pendingin ruangan cukup
terhalang sehingga saya tidak kedinginan. Loker kecil tersedia di bawah kapsul.
Ransel dan sleeping bag saya yang kecil masih bisa masuk. Jika bawa carrier dan koper, maka sudah
pasti tidak bisa masuk loker.
Saya cukup suka
dengan ukurannya. Walau tidak dapat dikategorikan spacious, kapsul ini
cukup untuk saya yang agak lasak ini. Dua bantal disediakan. Empuk pula. Entah kecapaian
atau memang cocok, saya tertidur dengan nyenyak.
SHARING BATHROOM
Saya agak
khawatir di awal karena beberapa review menyebutkan kamar mandinya tidak
terlalu bersih. Untung saja kekhawatiran saya tidak beralasan. Kamar mandinya
bersih. Untuk toilet gabung dengan pria, area mandi baru dipisah. Air hangat
lancar kalau kamar mandi tidak penuh ya he he. Kamar mandi boleh dipakai begitu kita tiba. Meski belum bisa check in,
boleh mandi dulu kalau mau.
Di kamar mandi tersedia pengering rambut. Kalau tidak
pemilih, bisa lah digunakan meski bukan tipe favorit saja. Asal bisa menghemat
tempat di ransel saya, tak mengapa kok. Handuk dan perlengkapan mandi seperti
sabun 2 in 1 juga disediakan. Yang perlu dibawa sendiri itu shampoo
kalau tidak terbiasa pakai yang di luar. Saya hanya membawa sikat gigi, pasta
gigi, sabun cuci muka, skincare ringan, dan cotton buds.
BREAKFAST,
PANTRY, AND COMMUNAL SPACE
Saat saya tiba,
jam sarapan masih berlangsung. Boleh
ikutan sarapan juga. Baru pertama kali saya menemukan hostel seperti ini. Biasanya
sarapan gratis itu diberikan setelah menginap satu malam. Yang mau hemat di
Singapura, boleh nih.
Untuk ukuran
sarapan gratis, saya juga dibuat takjub ya. Rotinya ada roti tawar susu dan roti tawar gandum. Sereal ada tiga
macam. Susu disediakan susu full cream, cokelat, dan susu kacang
kedelai. Selebihnya margarin dan
selai. Alat pemanggang juga disediakan.
Di area pantry,
tersedia kopi instan, teh kemasan, dan air mineral bebas ambil. Semuanya
tersedia 24 jam. Setelah makan, alat makan dicuci sendiri ya. Kalau belanja dan
mau pakai kulkasnya bisa, tinggal tempel label nama saja agar bisa dikenali dan
dibuang kalau- kalau sudah check out duluan.
Karena hostel ini sangat mini, jangan berharap ada
communal space seperti sofa dan bisa duduk berhadapan. Di sini communal
space digabung dengan area makan dan hanya sederet. Namun bersih. Betah lah
duduk sambil mengisi daya ponsel saat sudah tidak keluar hostel.
Area hostel
Seperti yang sudah saya mention sebelumnya,
hostel ini berlokasi di area perkantoran. Saat saya tiba di hari Jumat, kedai-
kedai makanan masih buka. Namun saat saya berkeliling di pagi hari Minggu,
rata- rata tutup. Yang ramai hanya kelenteng di sekitar.
Area makan
terdekat ada Amoy Street Food Centre. Saya menyarap di sana saat baru tiba. Food centre ini terdiri dari
dua lantai namun tidak semua buka. Saya juga menemukan kedai kopi dengan
konsep unik bernama Mad Roaster. Saya cerita di postingan terpisah ya.
Di sebelah food
centre, ada Telok Ayer Park yang menjadi tempat saya menghabiskan
malam duduk di ayunan sambil memandangi bintang di langit dan gedung- gedung. Tidak
bernyamuk kok. Aman.
Di area ini
banyak banget tempat makan. Nggak susah cari makan. Yang susah itu kalau hari
Minggu. Pada tutup. Atau bisa jadi saya kepagian jadi belum buka. Jalan kaki ke
Far East Square juga dekat. Bisa
cobain Ya Kun Kaya Toast kebanggan Singapura di area ini.
Akses stasiun
MRT cukup dekat. Sekitar 300m berjalan kaki, kita akan tiba di pintu MRT Telok
Ayer. Kalau rajin, jalan kira- kira 600m bisa sampai di pintu MRT Shenton Way.
MRT Tanjong Pagar dengan pintu yang berlokasi di dalam Guaco Tower bisa teman-
teman jangkau dengan berjalan kaki kurang lebih 450m dari hostel.
FOR ME…
Kalau tidak
sedang dalam project mencari hostel baru untuk di-review, saya
akan balik ke Wink ini. Saya rasa sepadan dengan harga 550ribu per malam (cek langsung ya di
OTA masing- masing) yang saya bayar. Suka suasana sekitar hostel dan aksesibilitasnya. Bagi teman- teman yang tidak
suka naik turun tangga, hostel ini rasanya bukan pilihan yang tepat ya karena
tidak ada lift.
Tantangan lainnya
adalah rak sepatu di depan pintu masuk yang disediakan. Ya, wajib lepas sepatu
ya. Tidak ada tamu yang diperkenankan untuk memakai kasut ke area hostel. Jadi
bisa dibayangkan ya? He he.
Saya juga pernah meninggalkan kamera saya di kasur.
Yap, kalian tidak salah baca. Di kasur dan bukan di loker terkunci. Waktu
itu agenda saya tidak memungkinkan untuk membawa serta kamera sehingga saya tinggal
di kamar. Aman ya teman- teman.
Tak terasa dua malam menginap di sini berlalu
dengan cepat. Setelah check out, saya tidak menitipkan ransel
lagi karena akan langsung berangkat ke bandara (via Telok Ayer). Teman- teman yang ada rekomendasi hostel di
Singapura, feel free untuk rekomen ya biar saya bisa coba juga.
Jika teman- teman tertarik untuk melihat dokumentasi
dalam bentuk video, bisa klik link kanal Youtube saya di bawah ini ya:
Be First to Post Comment !
Post a Comment